Cristiano Ronaldo setelah laga kontra Atletico Madrid pada leg pertama 16 besar Liga Champions 2018-2019 di Wanda Metropolitan Stadium, Kamis dini hari WIB (21/2/2019). Juventus kalah 0-2
K24News Bola Indonesia – Kekalahan 0-2 Juventus dari Atletico Madrid dalam leg pertama 16 besar Liga Champions 2018-2019 tentu bukan seperti yang diharapkan Cristiano Ronaldo. Kembali ke Wanda Metropolitan Stadium kali pertama sejak musim panas tahun lalu, Ronaldo harus menerima kenyataan, tim barunya kalah.
Namun, Cristiano Ronaldo tetaplah Ronaldo. Kekalahan tidak membuatnya jadi inferior di kandang lawan. Dia tetap percaya diri.
Seusai pertandingan, Kamis dini hari WIB (21/2), pemain 34 tahun itu tertangkap melayangkan gesture mengangkat tangan kanannya ke bagian dadanya. Ia meretangkan seluruh jari tangan kanannya, mengirim pesan “lima”.
Gesture itu dia perlihatkan kepada fans Atletico yang kerap meneriakinya selama pertandingan hingga usai laga.
Ronaldo seperti ingin mengindikasikan kepada fans tuan rumah berapa kali dia sudah memenangi gelar juara Liga Champions.
Ketika berjalan di area mixed zone setelah pertandingan, di hadapan jurnalis, Ronaldo melempar komentar yang ditujukan kepada tuan rumah dan pendukungnya. “Saya punya 5 gelar Liga Champions, kalian (Atletico) sama sekali tidak punya.”
Mantan bintang Real Madrid itu memenangi trofi si Kuping Besar sekali bersama Manchester United dan 4 kali saat membela Los Blancos.
Meski dinilai berat, Cristiano Ronaldo masih memiliki asa membalikkan keadaan dalam leg kedua. Saat Juventus giliran mendapat jatah menjamu Atletico Madrid pada leg kedua di Allianz Stadium, Rabu (13/3).
Indikasi yang paling jelas adalah ketika Los Blancos mempermalukan Atletico Madrid 3-1 di markas lawannya itu, Stadion Wanda metropolitano pada lanjutan La Liga Spanyol, Sabtu (9/2) waktu setempat.
Ini menjadi kemenangan pertama Madrid atas Atletico di Wanda Metropolitano di La Liga Spanyol setelah pada pertemuan sebelumnya di stadion itu berakhir imbang.
Madrid tampaknya sudah melupakan rasa getir kehilangan Cristiano Ronaldo yang hengkang ke Juventus. Tentu saja hal ini jadi alarm bagi rival utama mereka, Barcelona.
Pasalnya, Madrid sebelumnya selalu dibawah bayang-bayang bintang asal Portugal tersebut. Buktinya pada awal-awal laga performa Los Blancos anjlok tanpa kehadiran mesin gol tersebut.
Madrid bahkan sempat berada di posisi kesembilan klasemen sementara La Liga usai dihajar Barcelona 5-1 di Stadion Camp Nou pada pekan ke-10.
Total 6 kali kekalahan diderita Los Blancos membuat mereka sempat jadi pesakitan.
Kondisi itu membuat Julen Lopetegui yang sempat menangani El Real terdepak dari jabatan pelatih di skuat itu. Diambil alih Santiago Solari yang pernah bekerja dibawah Zinedine Zidane mengurusi tim cadangan, kondisi tim itu tidak langsung membaik.
Butuh rentetan drama di antara para pemain Madrid untuk bangkit. Bahkan, sejumlah pemain sempat meratapi kepergian Ronaldo yang membuat mereka anjlok.
Perlahan tapi pasti, Madrid mulai merangkak dari keterpurukan. Tepatnya saat madrid mengalahkan Sevilla 2-0 pada pekan ke-20, seoalah menjadi awal kebangkitan Madrid.
Sejak kemenangan itu, Madrid belum 1 pun mengalami kekalahan dalam 7 laga kebelakang di seluruh kompetisi. Di La Liga Spanyol, mereka menang 5 kali beruntun.
Ujian sesungguhnya bagi Madrid untuk bangkit ketika menghadapi Barcelona pada leg pertama semifinal Copa Del Rey di Stadion Camp Nou yang terkenal angker bagi mereka. Jarang sekali El Real selamat di Stadion itu, minimal dengan hasil imbang.
Solari kemudian menampik prediksi yang menjagokan Barca menang pada laga El Clasico tersebut. Madrid setidaknya mampu menahan imbang Blaugrana 1-1 dengan racikan sang juru taktik.
Menariknya, Solari tetap mematenkan strategi menyerang dengan formasi 4-3-3. Di lini depan, mereka memainkan trio Lucas Vazquezm Karim Benzema, dan penyerang muda Vinicius Junior.
Keberadaan Vinicius sempat diragukan, mulai menjadi bahan bakar bagi Madrid di lini depan. Kehadirannya mampu mendongkrak daya eksplosif El Real membongkar pertahanan lawan.
Permainan cepat Vinicius benar-benar merepotkan lawan dengan pergerakannya yang menusuk jantung pertahanan dari sayap. Meski demikian, dia memang belum cukup padu karena beberapa kali salah koordinasi di lini depan.
Madrid juga mampu melewati ujian derby sekota melawan Atletico dengan rapor sangat bagus. Solari nyaris tidak mengubah komposisi tim. Di lini depan, dia tetap memasang trio VBV (Vazquez, Benzema, dan Viniciuz) di lini depan.
Trio tersebut tercatat sudah mengemas 13 gol dari total 40 gol Madrid di La Liga Spanyol. Benzema yang terbanyak yakni 10 gol, Vinicius 2 gol, sedangkan Vazquez 1 gol.
Belum lagi di lini tengah, keberadaan Casemiro, Luka Modric, dan Toni Kroos masih amat diandalkan dalam menetralkan serangan lawan, sekaligus menjadi lini kedua membantu serangan di depan.
Terbukti Atletico dibuat terkejut setelah gawangnya kebobolan oleh Casemiro di menit ke-16. Itu merupakan rekor kemasukan tercatat yang diderita tuan rumah di Wanda Metropolitano.
Alhasil, Los Rojiblancos menjadi korban kebangkitan Madrid dengan menelan kekalahan 1-3 berkat gol Casemiro, penalti Sergio Ramos, dan Gareth Bale yang masuk menggantikan Vinicius di menit ke-57.
Tidak bisa dipungkiri pula, sejumlah kontroversi keputusan wasit membuat kemenangan Madrid sedikit ternoda. Namun, kita juga tidak bisa menutup mata upaya berani dan taktis Solari yang justru menerapkan permainan menyerang dengan pola andalan 4-3-3.
Keberhasilan Madrid kelaur dari tekanan di 15 menit awal memang menjadi kunci bagi mereka memenangkan pertandingan itu.
Pasalnya setelah itu, Los Blancos balik menekan pertahanan Atletico. Kondisi tersebut menyulitkan tuan rumah dalam menyusun transisi menyerang karena terus ditekan hingga ke pertahanan Atletico.
Berdasarkan catatan Livescore, Madrid bahkan total menguasai permainan hingga 65% sepanjang pertandingan!
Dilansir dari Whoscored, Madrid juga lebih banyak melepaskan tembakan yang mengarah ke gawang yakni 4 kali. Sedangkan Atletico hanya mampu membuat 2 shot on target.
Los Blancos juga hanya menciptakan 5 kali tembakan melenceng jika dibandingkan Atletico yang mencapai 9 kali percobaan tidak menemui target.
Lagi-lagi, kecekatan Solari dalam manajemen krisis tampaknya mulai dirasakan berbuah manis bagi Madrid. Bukan hanya Vinicius yang mulai lebih sering mengisi posisi starter, sejumlah nama yang awalnya jarang dimainkan, diberikan kesempatan untuk tampil.
Sebut saja nama-nama lain seperti Alvaro Odriozola, Sergio Reguilon, dan Dani Ceballos mulai mendapat tempat di skuat Los Blancos.
Solari berani mencadangkan pemain-pemain bintang yang sebelumnya selalu menjadi andalan seperti Marcelo, Gareth Bale, dan Marco Asensio dan menurunkan pemain muda seperti Odriozola, Reguilon, Ceballos, dan Vinicius.
Khusus untuk Reguilon, dia mulai menjadi pilihan sebagai starter dalam 5 laga beruntun di La Liga Spanyol. Perannya mulai menggeser Marcelo di posisi bek kiri.
Terakhir kali Marcelo dimainkan sebagai starter di Liga Spanyol saat Los Blancos kalah 0-2 dari Real Sociedad.
Keberanian pelatih 42 tahun tersebut dalam memarkir pemain berstatus bintang di bangku cadangan. Pilihannya ini seolah menjadi obat pula bagi Madrid untuk keluar dari ‘kecanduan’ terhadap Ronaldo yang sudah tidak lagi di klub tersebut.
Juru taktik Atletico, Diego Simeone pun sepertinya cukup paham ketika dia enggan menjawab pertanyaan terkait efek kepergian Ronaldo bagi Los Blancos jelang laga Derby Madrid tersebut.
Kemenangan El Real di Derby Madrid itu pun sekaligus mengerek posisi mereka ke peringkat kedua klasemen pekan ke-23 Liga Spanyol, menggusur Atletico.
Madrid untuk sementara ini hanya selisih 5 poin dari Barcelona di puncak klasemen. Barcelona tentu harus lebih waspada karena Los Blancos mulai membuktikan sudah melupakan Cristiano Ronaldo.