Seputar Berita Terkini dan Terupdate SeIndonesia

Aparat Cina Tangkap 4 WN Inggris Diprediksi Ikut serta Narkoba

Inggris
Inggris

Jakarta, K24news Indonesia– Sebanyak 4 masyarakat Inggris ditangkap di daerah timur suatu provinsi di Cina pada Jumat( 12/ 7). Insiden penangkapan ini terjalin 2 hari sehabis kepolisian Cina menangkap pelakon perdagangan narkoba yang mengaitkan 16 masyarakat asing.

Bagi laporan kepolisian, pelakon tertangkap di antara lain 7 orang guru serta 9 murid yang seluruhnya merupakan masyarakat asing. Tetapi, polisi tidak berikan data rinci lain terpaut kewarganegaraan pelakon maupun fakta- fakta khusus dari permasalahan ini.

Lihat juga: Diduga Diperkosa oleh Anggota Parlemen Malaysia, Trauma Pekerja Migran Indonesia

“Kami sedang menghubungi aparat berwenang Cina setelah penangkapan 4 warga Inggris di provinsi Jiangsu, dan sedang memberikan bantuan konsuler,” ujar seorang juru bicara kedutaan Inggris di Beijing, seperti dilansir Reuters.

Juru bicara itu mengatakan bahwa pihak kedutaan belum mengkonfirmasi apakah penangkapan tersebut berkaitan dengan kasus narkoba atau tidak.

Kepolisian kota Xuzhou di provinsi Jiangsu telah lebih dulu menangkap 19 orang yang terlibat kasus narkoba di sebuah sekolah bahasa di Cina pada Rabu (10/7) lalu.

Sementara, pada pekan ini, sekolah bahasa asal Swiss, Education First yang mengembangkan cabangnya di Cina, akhirnya mengeluarkan sebuah pernyataan pengakuan bahwa seorang tersangka dalam kasus narkoba itu berasal dari salah satu sekolahnya di Xuzhou.

Lihat juga: Pria Irlandia Dipenjara Karena Membunuh Anak Anjing

Pihak sekolah juga sedang bekerjasama dengan kepolisian guna melakukan penyelidikan dan sejumlah karyawan yang terlibat akan segera diberhentikan.

Dalam hukum yang berlaku di China, pelaku khusus narkoba terancam kurungan penjara dalam waktu yang cukup panjang. Sementara, mereka yang melakukan perdagangan narkoba terancam hukuman mati.

Tahun ini, China pernah menghukum mati 2 warga kanada terlibat perdagangan narkoba. Hal ini pun menyebabkan hubungan diplomatik Beijing dan Vancouver memburuk.

Lihat juga: Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Irak

Pemerintah China merasa geram dengan penangkapan yang dilakukan Vancouver terhadap salah satu direktur Huawei, Meng Wanzhou, atas permintaan Amerika Serikat karena Meng diduga berupa menghindari sanksi AS terhadap Iran.

Akibatnya, banyak yang menduga hukuman mati terhadap 2 orang warga Kanada itu merupakan aksi balas dendam China.

PP Muhammadiyah Sebut Muslim Uighur Diizinkan Beribadah

Ilustrasi

Ilustrasi

Jakarta, K24News Indonesia – Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agung Danarto mengatakan pemerintah China menjamin kebebasan agama etnis minoritas Uighur di Provinsi Xinjiang yang sebagian besar beragama Islam.

Agung mengatakan dalam konstitusi China, setiap warga diberi kebebasan untuk bergama atau tidak. Hal itu diungkapkan setelah mengunjungi Xinjiang sekitar pertengahan Februari lalu.

“Mau beragama apa saja boleh, mau tidak beragama juga boleh. Tapi fasilitas milik negara memang tidak boleh digunakan untuk kegiatan keagamaan termasuk beribadah,” kata Agung dalam pernyataannya yang dirilis situs resmi Muhammadiyah, Rabu (6/3).

Pernyataan itu diutarakan Agung menyusul dugaan persekusi termasuk larang beribadah yang diterapkan pemerintah China terhadap etnis Uighur.

Lihat juga: Pasukan Koalisi AS Evakuasi WNI Dari Benteng Terakhir ISIS

Otoritas China disebut membatasi hak-hak 10 juta etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Xinjiang seperti melarang berpuasa hingga beribadah di masjid.

Tidak hanya itu, Beijing juga dikabarkan melarang Uighur dan etnis minoritas Muslim lainnya di Xinjiang untuk menumbuhkan janggut, menggunakan cadar, hingga memberi nama-nama Islami bagi bayi yang baru lahir.

Menurut Agung, otoritas China memperhatikan hak warganya untuk beribadah. Sepulangnya dari China, dia mencatat bahwa terdapat 23 ribu masjid yang berdiri di Xinjiang.

Agung mengatakan dia bersama delegasi Muhammadiyah juga sempat melaksanakan solat Jumat di Hotan, barat daya Xinjiang, yang memiliki sekitar 500 jemaah.

Lihat juga: Selandia Baru Tidak Cabut Kewarganegaraan Pria Yang Gabung ISIS

Selain itu, Agung menyebut terdapat sedikitnya 27 ribu imam di Xinjiang yang bersertifikasi dan digaji pemerintah China.

Tidak hanya Xinjiang, Agung juga sempat bertemu dengan Asosiasi Muslim Tiongkok ketika mengunjungi Beijing, Urumqi, Hotan, dan Kashgar.

“Sebenarnya perhatian pemerintah China itu ada. Dan kalo kami lihat sikap terhadap Muslim Uighur ini berbeda dengan di wilayah Timur China seperti Guangzhou, Shenzen dan lainnya,” kata Agung.

“Kelihatannya wilayah China di bagian timur situ tidak ada masalah. Mahasiswa Indonesia yang disana mengatakan ‘kami solat di kampus, kita solat ashar di kampus tidak ada masalah’.”

Agung memaparkan Uighur merupakan etnis mayoritas penghuni Xinjiang. Namun, tidak semua Uighur adalah Muslim. Dari 2 juta penduduk Kota Hotan, dia memaparkan, sekitar 98% merupakan Uighur dan 72% adalah Muslim.

Lihat juga: Jerman Akan Cabut Kewarganegaraan Warganya Yang Gabung ISIS

Sementara itu, Sebanyak 97% dari total 4,5 juta penduduk Kashgar merupakan Uighur. Sekitar 52% dari total penduduk kota tersebut merupakan Muslim.

Selain Agung, Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah Trisno Raharjo, Lembaga Hubungan Luar Negeri Sudibyo Markus, ketua Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah M Ziyad juga iktu dalam lawatan itu.

Selain PP Muhammadiyah, sejumlah perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Nahdlatul Ulama juga ikut serta dalam kunjungan itu. Lawatan selama sepekan itu dilakukan memenuhi undangan langsung dari pemerintah China.

Bigo Live Dibeli Perusahaan Live Streaming Terbesar China

Ilustrasi

Jakarta, K24News Indonesia – Induk perusahaan Bigo Live kini dimiliki oleh perusahaan live streaming terbesar China, YY. YY mengumumkan telah membeli seluruh saham Bigo Live, perusahaan layanan video streaming asal Singapore, Senin (4/5).

Sebelumnya, YY masuk sebagai salah satu investor Bigo ada Juli lalu dengan menyuntikkan dana seri D sebesar US$272 juta.

Suntikan dana tersebut menjadikan YY sebagai pemegang saham terbesar Bigo yakni sebesar 31,7%. Kini YY telah membeli sisa 68,3% saham Bigo senilai US$14,45 miliar (Rp20,5 triliun), seperti dikutip Deal Street Asia.

YY merupakan perusahaan live streaming terbesar di China. Hubungan antara kedua perusahaan sudah sangat dalam.

Lihat juga: AS Meluncurkan Roket Falcon 9 Dan Kapsul Crew Dragon

Li Xueling, mantan wartawan di China yang juga dikenal dengan nama David Li adalah salah satu inisiator Bigo. Dia sengaja membuat Bigo di Singapura untuk mengetes apakah layanan video Streaming ala China itu cocok untuk pasar di luar negaranya.

Saat itu Bigo dibuat mengikuti model bisnis YY. Platform ini mendapat persenan ketika pengguna membelikan hadiah bagi para artis yang mereka suka dengan hadiah virtual. Hadiah ini pun bisa diuangkan oleh para artis itu.

Pada kuartal 4 2018, YY berhasil membukukan pendapatan bersih US$675 juta (sekitar Rp9,5 triliun) dan mendulang keuntungan bersih sekitar US$100 juta (sekitar Rp1,4 triliun).

Pembelian Bigo ini akan menjadi mendorong besar bagi ambisi ekspansi YY ke tanah internasional. Di negara asalnya, ‘kue’ live streaming hanya terbagi antara YY, Huya, dan Douya. Huya dan Douyu dibekingi oleh Tencent, perusahaan yang dikenal dengan layanan pesan instan WeChat dan publisher game terbesar China.

Lihat juga: Hati-hati, Video Anak Di Youtube Disisipi Konten Bunuh Diri

Menurut catatan Nasdaq, YY memiliki pengguna aktif bulanan sebanyak 90,4 juta pada Q4 2018. Diikuti Huya enggan 50,7 juta pengguna berdasarkan data IPO di AS, disusul Douya dengan 43 juta mengutip data perusahaan analisa data QuestMobile.

“Kami sangat gembira mengumumkan akusisi Bigo. Ini adalah langkah penting bagi grup YY yang menunjukkan komitmen pada strategi global,” jelas Li dalam pernyataannya, seperti dikutip TechCrunch, Selasa (5/5).

Pasar utama Bigo memang ada di Asia Tenggara, tapi aplikasi ini juga tersedia di 100 negara. Bigo juga menjadi aplikasi terpopuler di negara seperti Vietnam, Kamboja, Paraguay, Yaman, Angola, seperti tercantum pada data layanan pelacak aplikasi App Annie.

Lihat juga: Trik Ringan Ganti Kaki-Kaki Skutik Jadi ‘Motor Trail’

India juga menjadi pasar kunci karena 11 juta pengguna ada di negara itu dan menguasai 32% dari total pengguna Bigo. Angka ini berdasarkan data unduhan di Google Play antara Januari dan Februari seperti diungkap SensorTower.

Li memperkirakan pada 2017 Bigo menghasilkan pendapatan tahunan hingga US$300 juta. Bigo juga menyeit telah memiliki 200 juta pengguna dengan pengguna aktif bulanan di angka 37 juta di seluruh dunia.

Di Indonesia, Bigo sempat ditempa masalah konten negatif di platform-nya. Perusahaan asal Singapore ini kemudian mencoba menyelesaikan masalah dengan mengembangkan kecerdasan buatan dan tim konten untuk menyaring keluhan konten negatif.

Senjata Yang Membuka Pintu Pecahnya Perang Nuklir Di Dunia

Seorang prajurit Rusia

Seorang prajurit Rusia dengan latar belakang sistem rudal S-400 Triumf anti-pesawat yang ditempatkan di dekat kota Dzhankoy di Krimea, 20 November 2018.

Ancaman perang nuklir membuat orang ketakutan. Meskipun demikian semakin tidak jelasnya garis antara senjata nuklir dan konvensional meningkatkan bahaya.

Jakarta, K24News Indonesia – Tetapi senjata nuklir dan non-nuklir sebenarnya tidak pernah terpisah.

Pembom B-29, misalnya, dirancang dan dibuat untuk mengirim bom konvensional.

Tetapi pada tanggal 6 Agustus 1945, salah satu pesawat ini, Enola Gay, menjatuhkan senjata nuklir di kota Hiroshima, Jepang.

Lihat juga: Pose 2 Jari Saat Jokowi Pidato, 3 Orang Diamankan

Selang 74 tahun kemudian, 9 negara memiliki ribuan senjata nuklir, yang semakin terkait dengan senjata non-nuklir.

Senjata yang ditumpuk dunia memang menurun dari tingkat tertinggi sekitar 64.000 ditahun 1986, tetapi sejumlah senjata kontemporer yang ada adalah 300 kali lebih kuat daripada yang dijatuhkan di Hiroshima.

Nuklir

Selain Inggris, semua negara bersenjata nuklir memiliki senjata dengan penggunaan ganda, yaitu dapat dipakai untuk engirim hulu ledak nuklir dan konvensional.

Ini termasuk peluru kendali dengan jarak lebih jauh, sehingga meningkatkan wilayah sasaran negara nuklir.

Rusia, contohnya, baru-baru menempatkan peluru kendali penjelajah yang diluncurkan dari darat, 9M729.

AS meyakini peluru kendali ini memiliki kegunaan ganda dan telah diuji pada jarak “jauh melebihi” 500 km.

Lihat juga: Pembelot Maduro: 90% Militer Venezuela Sengsara

Peluru kendali yang diperhatikan AS ini menjadi bukti bahwa Rusia telah melanggar persyaratan traktat pelarangan penggunaan peluru kendali jarak menengah.

AS mengumumkan penarikan dari fakta, sehingga meningkat kekhawatiran perlombaan senjata baru.

Cina, sementara itu, baru saja memperlihatkan peluru kendali terbarunya, DF-26.

Senjata yang mampu menempuh lebih dari 2.500 km itu sepertinya menjadi peluru kendali penggunaan ganda terjauh dunia yang mampu melakukan penyerangan tepat sasaran.

Kendaraan militer
Kendaraan militer membawa misil DF-26 di Beijing.

Terdapat sejumlah skenario di mana peluru kendali seperti ini dapat dipandang meningkatkan kemungkinan perang nuklir.

Yang paling jelas adalah sebuah konflik, senjata ini dapat diluncurkan dengan hulu ledak konvensional tetapi dianggap sebagai senjata nuklir.

Ketidakjelasan ini dapat memicu musuh untuk segera melakukan respons nuklir.

Sulit untuk mengetahui apakah langkah ini yang akan diambil – atau menunggu sampai senjata diledakkan dan menjadi jelas persenjataannya.

Dalam pratiknya, bahaya terbesar peluru kendali penggunaan ganda kemungkinan di tempat lain: salah indentifikasi bahkan sebelum diluncurkan.

Lihat juga: Awas Barcelona, Real Madrid Sudah Lupakan Ronaldo 

Bayangkan jika Cina meluncurkan kendaraan berisi peluru kendali DF-26 berisi hulu ledak nuklir di sekitar wilayahnya.

AS, secara salah mengira misil berisi senjata konvensional, kemungkinan akan berusaha menghancurkannya.

Dengan menyerangnya, ini sudah pasti akan mendorong Cina untuk meluncurkan senjata nuklir yang masih dimiliki sebelum dapat dihancurkan.

Sistem Satelit

Peluru kendali penggunaan ganda bukanlah satu-satunya cara dimana senjata nuklir dan non-noklir semakin berkaitan.

Contohnya, semua kekuatan nuklir memerlukan sistem komunikasi – yang dapat melibatkan satelit.

Tetapi semakin sering sistem komando-dan-kontrol nuklir ini juga digunakan untuk mendukung operasi non-nuklir.

AS misalnya mengoperasikan satelit untuk memberikan peringatan serangan peluru kendali bersenjata nuklir atau senjata balistik konvensional.

Rusia
Rusia memperlihatkan misil 9M729.

Dalam konflik NATO dengan Rusia, hal ini dapat dipakai untuk mengetahui peluru kendali balistik konvensional jarang pendek yang diluncurkan Rusia – sebagai langkah pertama untuk menembak jatuh.

Jika strategi ini berhasil, Rusia dapat memutuskan menyerang satelit peringatan dini AS sebagai balasannya.

Kenyataannya, kelompok intelijen AS telah memperingatkan bahwa Rusia sedang mengembangkan senjata laser darat untuk tujuan itu.

Tetapi melumpuhkan satelit peringatan dini AS bukanlah hanya berarti meremehkan kemampuan untuk mengetahui peluru kendali bersenjata konvensional.

Hal ini juga melumpuhkan kemampuan AS untuk mengetahui peluru kendali balistik bersenjata nuklir dan dapat meningkatkan ketakutan bahwa Rusia merencanakan perang nuklir terhadap AS.

Dan memang US Nuclear Posture Review terbaru – pernyataan resmi penting kebijakan nuklir AS – secara jelas mengancam untuk mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir terhadap negara manapun yang menyerang sistem komando-dan-kontrol-nuklir.

Ancaman ini berlaku terlepas dari apakah negara itu menggunakan senjata nuklir lebih dulu atau tidak.

Larangan senjata

Pemerintah negara nuklir diperkirakan menyadari semakin terkaitnya senjata nuklir non-nuklir.

Mereka juga menyadari paling tidak sebagian dari bahaya yang terkait.

Meskipun demikian, tugas mengurangi risiko ini sepertinya tidak diprioritaskan.

Pusat perhatian tetap pada peningkatan kemampuan militer, untuk menghadapi yang lainnya.

Salah satu kemungkinan adalah bagi berbagai negara untuk menyetujui larangan senjata yang dapat mengancam satelit komando-dan-kontrol nuklir.

Tetapi untuk saat ini, pemerintahan negara nuklir enggan untuk duduk bersama di meja perundingan.

Hasilnya, masa depan kerja sama macam ini sepertinya suram.