Seputar Berita Terkini dan Terupdate SeIndonesia

Pekan Depan, Pencari Suaka Harus Tinggalkan Posko Kalideres

Jakarta, K24news Indonesia — Pemerintah memberi waktu kepada para pencari suaka untuk meninggalkan gedung eks Kodim, Kalideres, Jakarta Barat sampai pekan depan. Gedung itu selama ini menjadi tempat pengungsian sementara para pencari suaka.

“Tadi hasil rapat dengan Menko Polhukam, Kemensos, dan UNHCR sampai hari Senin (9/9),” kata Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DKI Taufan Bakri saat dihubungi, Kamis (5/9).

Taufan mengatakan pihaknya belum bisa mengusulkan terkait apa yang akan dilakukan jika pencari suaka menolak pindah. Namun jika benar terjadi Pemprov DKI Jakarta akan berkoordinasi dengan Menko Polhukam. Selain itu, tempat penampungan tidak akan disediakan lagi.

Lebih lanjut, karena UNCHR belum bisa menemukan solusi dalam rapat itu, maka mereka juga diberi waktu kembali untuk menyelesaikan masalah administrasi.

“Kita kasih waktu UNHCR biar bernegosiasi dengan pengungsi itu,” ujar dia.

Lihat juga: Polisi Sebut Benny Wenda Punya Jaringan di Eropa dan Afrika

Dia pun berharap para pencari uaka mematuhi hal tersebut. Dia mengatakan akan terus memberi imbauan.

Pengawasan Jalan Terus

Taufan menambahkan pihaknya akan terus mengawasi para pencari suaka, terutama terkait dimana mereka akan tinggal jika harus pergi dari Kalideres.

Taufan juga menyebut jika para pencari suaka memilih hidup berbaur dengan masyarakat maka mereka harus menghormati nilai-nilai yang ada di masyarakat.

“Contohnya di sini buang sampah ada perda yang melarangnya. Kehidupan bersalam-salaman, sopan santun di sini amat tinggi. Mereka sudah diinformasikan,” kata dia.

Lihat juga: Lantik Wali Kota Jakut, Anies Singgung Kawasan Pesisir

Selain itu, Tuafan menjamin tidak akan membiarkan konflik antara pencari suaka dan masyarakat sekitar terjadi.

“Minimal secara garis besar aktivitas mereka bagaimana kita tahu,” ujar Taufan.

Ketua Satgas Penanganan Pengungsi Luar Negeri, Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) Chairul Anwar mengatakan pemerintah akan terus melakukan pengawasan terhadap para pencari suaka di Indonesia.

Hal ini tidak lepas dari kondisi terkini bahwa masih ada sejumlah pencari suaka yang bertahan di eks Gedung Kodim, Kalideres, Jakarta Barat meski batas waktu tinggal disana sudah lewat sejak 31 Agustus 2019.

“Tentunya pengawasan yang efektif harus dilakukan oleh imigrasi. Bisa dibantu kepolisian,” ujar Chairul.

Lihat juga: Situasi Papua Kondusif, TNI Tetap Kawal Objek Vital

Chairul mengatakan pencari suaka yang melakukan pelanggaran hukum tidak akan diberi dispensasi. Menurutnya, penindakan menggunakan hukum nasional akan tetap diterapkan.

Selain itu, dia menjelaskan mekanisme penanganan pencari suaka sudah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2016. Menurutnya Kemenko Polhukam ditunjuk sebagai koordinator, sedangkan Kemendagri bertugas menyampaikan data dan laporan pengungsi serta menyampaikan pertimbangan kepada Menko Polhukam.

Chairul mengatakan dari pendataan ulang riil di lapangan per Kamis kemarin, ada 390 pengungsi yang masih tinggal di Kalideres.

1.155 Pengungsi Asing Menempati Penampungan Mantan Gedung Kodim

Jakarta, K24news Indonesia - Para pengungsi dari beragam negara yang mendapatkan penampungan dari Pemprov DKI Jakarta, Jumat (12/7).

Jakarta, K24News Indonesia — Sebanyak 1.155 pengungsi pencari suaka walhasil menempati daerah penampungan yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bekas Gedung Kodim, Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (12/7) malam.

Pantauan CNN di lokasi, para pengungsi mulai menjelang Gedung Kodim di Kalideres pukul 19.52 WIB atau selepas magrib.

Lihat juga: Polisi soal Pencabutan Surat Cegah: Kivlan Zen Kooperatif

Mereka merupakan para pencari suaka yang teregistrasi dari Afghanistan, Somalia, Sudan, dan Iran.

Sedikit persoalan timbul ketika momen berlangsung. Karena, secara tidak terduga, ada sekitar 200 – an pengungsi teregistrasi, berdatangan dan ikut serta masuk daerah penampungan.

Teregistrasi 1.155 individu, 766 pria termasuk 171 anak kecil laki-laki dan 389 wanita termasuk 155 anak kecil perempuan, “ujar Kepala Seksi Dinas Sosial Nursobah, di lokasi penampungan, Jakarta Barat (12/7).

Pelaksanaan relokasi pengungsi ini juga sempat diwarnai keonaran. Insiden terjadi sekitar pukul 16.00 WIB, dipicu aksi para pencari suaka yang tidak teregistrasi dan tidak dapat tinggal di gedung mantan Kodim, mengadang kendaraan beroda 4 milik perwakilan UNHCR yang hendak menuju jalan Bedugul.

1.155 Pengungsi
Lihat juga:Alasan 1 Ramadan Jatuh pada 6 Mei 2019

Abdul Ackbar Muhammad dari Afghanistan, salah satu WNA yang protes mengatakan sengaja menghentikan mobil UNHCR untuk meminta kepastian pendaftaran dirinya.

“Saya tidak terdaftar, saya mau tanya ke UNHCR bagaimana kepastiannya saya,” katanya.

Petugas dari Polsek Kalideres pun turun tangan untuk melerai para pengungsi yang sudah mengerumuni mobil UNHCR. Insiden ini dapat diselesaikan setelah dilakukan komunikasi antara UNHCR dan pengungsi.

Kondisi mulai kondusif selepas maghrib. Para pengungsi dipersilakan masuk, untuk kemudian dilakukan pembagian makanan. Mereka bergabung dengan ribuan pengungsi yang terdaftar, mengantre makanan.

Lihat juga: MK Tolak Permohonan GKR Hemas soal Dualisme Kepemimpinan DPD

Abdul Khadir (24) dari Iran mengaku sangat senang mendapat makanan karena sudah merasa lapar sejak pukul 13.00 WIB siang.

“Iya, saya senang sekali, ini walaupun sedikit. Menunya nasi, tauge dan telur,” katanya sambil menunjukkan isi kotak makanan yang baru didapatkan.