Seputar Berita Terkini dan Terupdate SeIndonesia

Pemerintah Inggris Dikecam Pasca Kematian Bayi Pasangan ISIS

Ilustrasi

Ilustrasi

Jakarta, K24News Indonesia – Pemerintah Inggris mendapat kecamatan setelah bayi berumur 3 minggu, Jarrah, dari pasangan Shamima Begum (19) dan seorang militan ISIS, Yago Riedijk dilaporkan meninggal dunia di Suriah, pada Jumat (8/3). Kecamatan itu datang dari partai oposisi, Partai Buruh yang menyalahkan kepemimpinan Theresa May.

Kematian bayi Jarrah menuai kritik tajam terhadap Menteri Dalam Negeri Inggris, Sajid Javid yang telah mencabut kewarganegaraan Begum sehingga remaja itu tidak dapat kembali ke Inggris.

Javid punya alasan menarik kewarganegaraan Begum dengan menanyakan prioritasnya adalah keselamatan dan keamanan Inggris dan rakyat yang tinggal disana.

“Kematian tragis Jarrah, bayi Shamima Begum, merupakan “noda atas hati nurani” pemerintah ini,” kata Diane Abbot, juru bicara partai oposisi, dilansir Reuters, Minggu (10/3).

“Menteri dalam negeri gagal (mengambil keputusan untuk menangani-red) anak Inggris ini dan mereka harus menjelaskan.”

Lihat juga: Pakde Karwo Nilai Andi Arief Elegan Mundur Dari Wasekjen PD

Seperti diberitakan bayi Jarrah dikabarkan sempat ditangani oleh dokter, pada Kamis (07/03) karena gangguan pernapasan. Namun nyawanya tidak tertolong dan dinyatakan meninggal.

Terkait status Begum, kepemimpinan Theresa May dianggap tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut hingga akhirnya menimbulkan keprihatinan banyak orang.

Phillip Lee , yang mengundurkan diri dari menteri kehakiman saat kepemimpinan Theresa May mengatakan dia sangat prihatin dengan keputusan mencabut kewarganegaraan Begum.

“Jelas [kasus] Shamima Begum memiliki pandangan yang menjijikkan, “katanya kepada BBC Radio.

“Tapi dia masih kecil. Dia adalah produk dari masyarakat kita… dan saya pikir kita memiliki tanggung jawab moral kepadanya dan bayinya, Jarrah.

Lihat juga: Hina Islam Di Media Sosial, Warga Malaysia Dipenjara 10 Tahun

“Saya terganggu oleh keputusan itu. Tampaknya didorong oleh populisme, bukan oleh prinsip apa pun yang saya kenal.”

Sementara 2 anggota senior pemerintah mengatakan bahwa kematian itu adalah tragedi, dan menilai keputusan yang diambil atas dasar keamanan nasional.

“Setiap bayi yang meninggal adalah tragedii absolut, dan itu adalah bayi Inggris,” kata Pemimpin Dewan Rakyat Inggris, Andrea Leadsom kepada Reuters.

“Namun demikian pekerjaan inti Menteri Dalam Negeri adalah untuk melindungi rakyat Inggris. Aku mendukung keputusannya.”

Bayi Remaja Inggris Yang Gabung ISIS Meninggal Dunia

Ilustrasi

Ilustrasi

Jakarta, K24news Indonesia – Bayi dari remaja Inggris yang kabur dari London untuk bergabung dengan ISIS di Suriah, Shamima Begum, dilaporkan meninggal dunia pada Jumat (8/3).

Mustafa Bali, juru bicara Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat, mengonfirmasi bahwa bayi bernama Jarrah itu meninggal di kamp penampungan mereka.

Lihat juga: Setahun Hilangnya MH370 Dan Lima Teori Liar

Kabur dari Inggris di usia 15 tahun, Begum kemudian menikahi seorang militan ISIS, Yago Riedijk.

Begum sudah sempat melahirkan 2 anak, tapi keduanya juga meninggal, layak anaknya yang ke-3 ini.

Ketika ISIS mulai terdesak akibat gempuran besar-besaran koalisi pimpinan AS, Riedijk menyerahkan diri ke SDF. Militan asing asal Belanda itu kemudian ditampung di kamp penahanan di Suriah.

Selama berada di kamp tersebut, Begum berulang kali mengatakan bahwa dia ingin pulang ke Inggris. Namun, pemerintah Inggris mencabut kewarganegaraannya.

Lihat juga: Shamima Begum: Seperti Apa Kehidupan Pasutri ISIS Di Suriah?

Setelah mendapatkan kabar mengenai kematian anak ke-3 Begum ini, pemerintah Inggris tidak mengubah keputusannya.

“Kematian anak manapun merupakan peristiwa tragis dan sangat menekan keluarganya,” demikian pernyataan juru bicara pemerintahan Inggris.

“Kementerian Luar Negeri terus mengingatkan untuk tidak berpergian ke Suriah sejak April 2011. Pemerintah akan terus melakukan apa pun untuk mencegah warga terjerumus ke dalam terorisme dan berpergian ke zone konflik berbahaya.”